Uber, alternatif transportasi untuk megapolitan Jakarta

Catatan redaksi: Wawancara ini pertama dimuat di Yahoo Indonesia pada tanggal 13 Agustus 2014. Dimuat ulang atas seizin penulis.


Selama dua bulan terakhir, Uber telah beroperasi di Jakarta. Meski begitu, peluncuran resmi aplikasi transportasi itu baru dilakukan hari ini, Rabu (13/8.2014). 


Bagaimana Uber melihat kesempatan bisnis di Jakarta, hal-hal apa yang mungkin akan menghambat mereka dan bagaimana menjamin keamanan dan keselamatan penumpangnya? Editor teknologi Yahoo Indonesia, Arya Perdhana, mewawancarai Chan Park, orang yang bertanggung jawab terhadap pengembangan Uber di Asia Pasifik.


Yahoo (Y): Aplikasi Anda bermain di wilayah abu-abu, apakah Anda siap bila kelak ada regulasi dari pemerintah yang membatasi gerak Uber?


Uber (U): Anda bilang bahwa kami mengontrak pihak ketiga sebagai penyedia jasa. Sebenarnya, kami tidak mengontrak pihak ketiga. Penyedia layanan transportasi ini adalah perusahaan rental mobil. Mereka tidak bekerja bagi kami. Kami cuma bermitra. Bahkan, kami itu seperti klien mereka. Kami menyediakan software, kami menyediakan aplikasi. Rekanan kami itu bisa menggunakannya untuk mencari pelanggan, mencari penumpang. Orang akan memakai jasa mereka. Jadi kami ini mirip dengan Expedia atau Agoda. Kami hanya platform yang menghubungkan kedua pihak.




[caption id="attachment_366" align="alignnone" width="630"]Arya Perdhana Arya Perdhana[/caption]

Karena itu. Walau banyak orang berpikir bahwa kami menyediakan transportasi, kami adalah perusahaan teknologi yang membantu industri ini. Dalam hal regulasi, saya tidak bisa memprediksi masa depan, tapi kami hanya bekerja dengan perusahaan resmi yang bisa menyediakan jasa transportasi. Tak ada yang salah dengan menggunakan platform ini untuk mencari konsumen.


Y: Uber mendapat keuntungan dari bisnis di Indonesia, tapi tidak membayar pajak ke pemerintah Indonesia. Bagaimana bila nanti pemerintah Indonesia mempersoalkannya?


U: Seperti yang sudah saya bilang, yang menyediakan jasa transportasi adalah perusahaan lokal. Mereka mendapatkan pemasukan melalui platform kami, bukan dari Uber. Penumpang membayar langsung ke penyedia jasa. Kami hanya menyediakan layanan pembayarannya. Penyedia jasa transportasi mendapatkan uang jasanya. Lalu mereka membayar pajak. Apakah mereka benar-benar membayar pajak, itu di luar tanggung jawab kami. Yang kami sediakan adalah invoice dan struk ke penyedia jasa itu dan kemudian mereka yang akan mengurus soal pajaknya. Karena perusahaan-perusahaan ini adalah perusahaan resmi, beberapa adalah perusahaan publik, mereka bayar pajak. Saya menolak anggapan itu. Transkasi di Uber tidak melibatkan pajak. 


Y: Di Amerika, seperti di San Francisco dan New York, beberapa kali Uber mendapat protes dari pengemudi taksi, apa penjelasan Anda? Apakah Anda memprediksi hal seperti itu akan terjadi juga di Jakarta/Indonesia?


U: Banyaknya protes yang disebut media itu. Ada beda antara pengemudi taksi dan perusahaan taksi. Para pengemudi tidak membenci kami. Mereka bahkan melihat kami sebagai kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan pemasukan lebih baik. Mereka bukan ancaman, mereka hanya butuh pengertian. 


Perusahaan taksi. Mereka tidak terlalu senang dengan Uber, tapi kami melihatnya sebagai cara untuk menyediakan alternatif di sebuah kota. Sebelum Uber, di kota seperti Jakarta, cuma ada beberapa pilihan buat bepergian. Taksi, atau ojek, pakai mobil sendiri atau pakai sopir. Kami menyediakan pilihan. Kompetisi itu baik. Tapi sekali lagi, yang Uber lakukan bukanlah merebut kue dari taksi. Kami merebut orang-orang yang menyetir sendiri agar tidak makin banyak mobil di jalan dan membuatnya makin macet. Kami ingin mengurangi mobil dari jalan karena mereka kini memakai Uber daripada pergi pakai mobil sendiri. Untuk setiap satu mobil Uber di jalan, kami menyingkirkan mobil-mobil (pribadi).


Y: Persoalan keamanan penumpang menjadi isu penting bagi Uber. Bagaimana Anda menjamin penumpang Anda selamat dan tidak mengalami hal-hal buruk selama naik mobil Uber?


U: Pertama, soal teknologinya. Kami punya fitur bernama “Share my ETA”. Artinya, ketika Anda naik Uber, Anda bisa mengirim teks ke orang terdekat berisi URL. Orang yang menerima bisa mengekliknya dan melihat secara langsung mobilnya ada di mana, mobilnya apa, nama pengemudi, dll. Ini memberi ketenangan karena orang terdekat Anda bisa tahu Anda ada di mana. Selain itu, kami secara mendasar membuat transportasi jadi transparan. Penumpang bisa tahu siapa pengemudinya, tahu ada di mana dan perjalannya bisa dilacak dengan GPS. Jadi ada transparansi.


Itu dari sisi teknologi. Di sisi lain, kami punya sistem rating. Jadi, pengemudi dinilai setiap selesai perjalanan. Jika pengemudi tidak memenuhi standar tertentu, kami tidak melanjutkan kemitraan. Kami tidak mempekerjakan pengemudi itu lagi. Sebelum bergabung ke Uber, pengemudi kami temui. Kami melakukan cek latar belakang. Tapi setiap wilayah berbeda, mungkin yang diterapkan di sana mungkin tidak cocok di sini. Yang jelas, kami memastikan bahwa para pengemudi ini bukanlah orang gila. 


Tapi yang kami bisa lakukan adalah menyelidiki sejarah mereka dan apa yang mereka lakukan di masa lalu. Sedangkan untuk yang sekarang, kami mengecek melalui sistem penilaian. Hal-hal buruk mungkin terjadi. Yang kami bisa lakukan adalah, semoga tidak terjadi, bila ada hal buruk terjadi, kami tahu siapa pengemudinya, kami tahu mobilnya ada di mana, jam berapa. Jika ada transparansi, itu memberikan ketenangan buat penumpang. Kami harus realistis, tapi kami melakukan semua yang kami bisa untuk menjamin transparansi itu. 


(Untuk menggunakan Uber, caranya cukup mudah. Setelah penggguna menginstall aplikasinya di ponsel (tersedia buat iOS, Android dan Windows Phone), maka pengguna harus mendaftarkan diri dan nomor kartu kreditnya. Saat akan bepergian, Anda harus melakukan pemesanan lewat perangkat mobile. Nanti akan ada mobil yang datang dan mengangkut Anda. Setelah sampai di tujuan, Anda tidak perlu membayar karena akan ditagihkan ke kartu kredit. –Redaksi


Y: Di Indonesia, kartu kredit masih kurang populer, membuat transaksi cashless juga kurang populer, bagaimana menurut Anda?


U: Bila Anda membuat diagram Venn tentang orang di Jakarta dan orang yang ingin memakai Uber, maka mayoritas orang itu punya kartu kredit. Tapi itu tak berarti kami sudah senang karena kami ingin Uber tersedia buat sebanyak mungkin orang. Tarif kami sangat rendah sehingga banyak orang mampu menjangkaunya. Dengan itu, kami harus terus menambah cara pembayaran. Contohnya, di beberapa tempat bisa membayar pakai PayPal atau Google Wallet, AliPay di Cina. 


Di Indonesia, saya tahu ada banyak cara pembayaran seperti online wallet dll dan kami berusaha mengeksplorasi pilihan-pilihan itu. Kami akan memperbanyak sebanyak mungkin cara pembayaran.


Y: Armada Uber di Jakarta ini masih cukup sedikit dan terkonsentrasi di CBD. Apakah akan ada rencana menambah armada dan berapa?


U: Kami tidak bisa mengungkapkan berapa jumlah mobil kami. Tapi ini bukan tentang jumlahnya. Anda bisa punya 10 ribu mobil di luar sana, tapi jika mereka semua terpakai, maka tak berarti juga. Yang terpenting adalah pelayanannya. Kami ingin memperpendek waktu menunggu dari seperti yang Anda alami semalam, 15 menit, jadi 6 menit.


Y: Apakah Anda ingin menggandakan jumlah armada dalam 6 bulan ke depan atau bahkan lebih? 


U: Tentu saja, kenapa tidak. Kami bahkan mungkin ingin melipat empat, lima, enam bahkan tujuh dari mobil yang kami punya sekarang.


Y: Uber dan layanan sejenis menjadi bagian dari gelombang besar bernama sharing economy. Bagaimana menurut Anda prospek sharing economy ke depan, di dunia dan khususnya di Indonesia?


U: Saya pikir kata ‘sharing economy’ masih sangat kabur. Orang-orang masih mencoba berbagai model bisnis. Tapi yang kami lakukan adalah membuat aset yang kurang dipakai dan membuatnya bisa menghasilkan uang. Ini adalah bisnis yang menggunakan aset yang sudah ada. Kami membuat platform teknologi yang bisa membuat aset-aset ini lebih berguna dan lebih menguntungkan. 




[caption id="attachment_367" align="alignnone" width="630"]Flickr CC Steve Rhodes Flickr CC Steve Rhodes[/caption]

Di sisi konsumen, dengan bisnis model seperti ini, mereka bisa menjangkau layanan dengan harga yang lebih kompetitif dan murah. Sebelum ada Uber, bila Anda mau menyewa mobil, Anda harus menyewanya sehari atau setengah hari. Menyewa cuma 1-2 jam itu terlalu repot. Kami membuatnya jadi mungkin. Kami mengganggu pasar dan membuat layanan itu jadi lebih terjangkau. 


Y: Jadi, bagaimana bisnis Uber di Jakarta sejauh ini?


U: Kami datang ke pasar yang sangat menantang. Kami baru saja mulai. Penetrasi kartu kredit rendah, macet, dll. Tapi kami sangat senang karena di pekan-pekan pertama kami menguji produk ini, penerimaannya sangat bagus. Kami tumbuh sangat cepat. Tingkat pertumbuhan kami di Jakarta adalah salah satu yang tercepat di dunia. Saya pikir ini karena ada kebutuhan untuk transportasi alternatif. 


Kami tahu ada sejumlah selebriti yang sudah mencoba Uber dan mengetwitkannya. Orang-orang sangat suka sisi cool dari Uber. Seperti ketika melihat antrean taksi di mall, atau saat hujan dan orang-orang tidak bisa mencari taksi. Kami masuk ke situasi itu dengan bagus dan orang-orang mengerti. Yang sangat saya apresiasi dari Indonesia adalah betapa cepatnya berita menyebar. Faktor virality-nya sangat tinggi. Ketika seseorang tahu layanan ini, mereka segera berbagi dengan teman-temannya dan keluarganya. Tidak cuma di media sosial, tapi masukan dari pengguna juga sangat bagus. Tentu saja kami ingin memperbaiki layanan. Ini akan makan waktu, tapi sejauh ini pertumbuhannya sangat luar biasa. 


Y: Sudah berapa kota di Asia Pasifik di mana Uber beroperasi?


U: Saat saya berpikir tentang Asia Tenggara, tidak banyak tempat (kalau tidak ada sama sekali) dengan peluang sebesar Jakarta. Bukan hanya soal jumlah penduduknya (tentu saja ini populasi terbesar di Asia Tenggara), tapi juga karena pertumbuhannya yang luar biasa. Minatnya sangat tinggi dan kami harus bisa memperbaiki transportasi di kota ini. Anda tahu, transportasi di sini tidak bagus. Saya berharap, di luar sisi bisnis yang menjanjikan, Uber bisa berperan cukup besar dalam mengubah cara orang berpindah tempat dan memperbaiki kualitas hidup orangnya. Saya tahu ada banyak proyek seperti monorel dan MRT. Semoga Uber bisa berperan di situ. 


Yang mungkin terlupakan adalah Uber menciptakan banyak lapangan kerja baru. Bukan berarti Uber datang, membangun pabrik dan mempekerjakan ribuan orang, tapi karena mereka yang bekerja di bidang transportasi bisa punya pekerjaan yang sangat fleksibel untuk mendapatkan uang. Mereka bisa jadi enterpreneur dan mengembangkan bisnisnya. Jadi, mereka menyediakan transportasi bagi orang-orang yang membutuhkan transportasi dan kami mengurus sisanya. Ini akan menciptakan banyak lapangan kerja, orang-orang akan senang naik Uber dan ini akan menguntungkan kedua belah pihak.


Kami beroperasi 12-15 negara di Asia, mungkin sekitar 25-30 kota. Kami ada di enam kota di India, empat kota di Cina; termasuk Hong Kong, jadi seperti 4,5. Tokyo, Seoul, Taipei, Kuala Lumpur. Kami ada di empat kota di Australia dan akan masuk Selandia Baru di Auckland. Pekan lalu kami baru saja meluncurkan Uber di Ho Chi Minh. Kami juga ada di Bangkok dan Manila. Di Asia Tenggara, bisnis kami mulai mapan. Singapura adalah kota pertama kami, tapi kota seperti Bangkok dan Ho Chi Minh sangat pesat pertumbuhannya. 


Jadi saat saya lihat Jakarta, tentu saja Jakarta bukan Bangkok atau Ho Chi Minh. Ini kota yang berbeda dengan budaya yang berbeda. Tapi secara global, ada peluang yang sangat besar. Tidak hanya soal bisnis, tapi juga tentang peluang mengubah banyak hal.  


Y: Bila Uber sukses, mungkin akan ada perusahaan sejenis seperti Lyft ada Sidecar yang mungkin akan masuk ke Indonesia. Bagaimana pendapat Anda tentang kompetisi?


U: Kami tidak fokus kepada kompetisi, kami fokus kepada hal yang bisa kami lakukan sebaik mungkin. Kami paham apa yang kami lakukan. Kami mempekerjakan orang-orang lokal untuk memecahkan masalah setempat. Mungkin kelak ada perusahaan Amerika atau internasional lainnya yang masuk, tapi ini tentang Indonesia; kami akan mempekerjakan orang setempat. Saya tidak tahu soal Jakarta, jadi kami butuh orang yang mengerti untuk menjalankan bisnis ini. 

Share on Google Plus

About Kispen

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments :

Post a Comment