Megawati oh Megawati, ada saatnya untuk berhenti!

Masih jelas dalam ingatan betapa Megawati (dan anaknya Puan Maharani) berjalan dengan gagah di barisan depan rombongan napak tilas Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung 24 April lalu.

Hal tersebut menimbulkan banyak reaksi, ada yang memuji tapi banyak juga yang mencaci. Pertanyaan terbesar adalah ‘Ngapain sih Bu Mega di situ?'

Nggak move-on
Bagi saya, Bu Mega ini tipe orang yang susah move-on. Bagaimana tidak, memang benar sih, salah satu pencetus KAA adalah ayahnya, Ir. Soekarno, 60 tahun yang lalu. Tapi kearifan Soekarno di masa lalu rasanya tak relevan lagi jika dikaitkan dengan kondisi sekarang, apalagi membuat Bu Mega (dan keturunannya yang lain) mendapatkan keistimewaan yang lebih.

Apakah itu membuat Bu Mega berhak untuk ikut berjalan di acara tersebut? Iya, tapi tak perlu di barisan depan. Karena saat ini Megawati ‘hanyalah’ ketua partai dan mantan presiden. Dan tidak ada ketua partai dan mantan presiden lain yang berjalan di barisan depan bersama dengan Presiden Jokowi dan kepala negara lainnya.

Bu Mega, Anda bukanlah ayah Anda. Move-on yuk, dan berhenti hidup di bawah bayang-bayang Pak Karno. *Just saying

Posisi Puan Maharani
Tak hanya Megawati, Puan Maharani pun ikut-ikutan mejeng di barisan depan. Bagi saya, ini lebih aneh lagi. Puan jabatannya Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia Republik Indonesia. Rasanya tak berkaitan langsung dengan kegiatan ini. Kalaupun mau dikait-kaitkan, Menteri Luar Negeri masih lebih nyambung untuk hadir di acara ini.

Yang lebih konyolnya, Puan tampak tak jengah berdiri di samping ibunya yang ketua partai dan di antara kepala negara yang lain. Seakan posisinya yang seharusnya adalah pembantu Presiden, kini menjadi setara.

Pesan untuk Pak Jokowi
Sayang, saat perjalanan napak tilas yang seharusnya penuh dengan pelajaran sejarah yang berharga, kebanyakan orang malah sibuk mengomentari soal hadirnya Megawati (dan Puan Maharani).  Ini mungkin bisa jadi pelajaran bagi Pak Jokowi.

Pak, jangan lupa, Anda adalah panglima tertinggi negara saat ini, bukan utusan partai lagi. Anda menang dalam pemilihan langsung secara sah, rakyat di belakang Anda.  Jangan sampai Anda membuat kami, rakyat, lupa akan siapa yang kami pilih.

Megawati atau Jokowi ya?
Share on Google Plus

About Kispen

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments :

Post a Comment