5 Tanda pasangan terjerat masalah keuangan

CEKAJA.COM Artikel ini bisa jadi lebih cocok dibaca oleh pasangan yang telah menikah. Telah banyak penelitian yang telah membuktikannya, bagaimana perbedaan pendapat tentang masalah finansial akhirnya berbuntut perceraian. Namun, yang belum menikah pun boleh saja membaca artikel ini. Agar bisa mengetahui dan terbantu untuk lebih terbuka dengan pasangan sebelum melangkah ke sebuah hubungan yang lebih serius.

Sebuah hubungan perlu keterbukaan dan transparan tentang banyak hal. Apalagi, statusnya adalah menikah. Masalah finansial adalah salah satu poin penting yang wajib ditempatkan di posisi teratas untuk selalu memiliki diskusi. Pasalnya, Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kansas State University menempatkan masalah uang sebagai penyebab nomor wahid dalam perceraian rumah tangga. Diungkapkan pula, dibanding masalah lain pertengkaran karena masalah uang lebih banyak munculkan argumentasi dan menurunkan kepuasan hubungan. Cukup mengkhawatirkan, bukan?

Berikut adalah tanda-tanda yang bisa menggambarkan bila pasangan Anda memiliki masalah keuangan. Jadi, Anda bisa mengetahui masalah keuangan apa yang ada dan dialami pasangan.

Besar pasak daripada tiang


Semua orang tahu peribahasa untuk judul dalam poin ini. Namun, bukan artinya pasangan Anda harus membuktikan dan memraktikkan apa yang diartikan dalam peribahasa tersebut. Pertanyaannya, pernahkah Anda memperhatikan kebiasaan belanja yang dilakukan pasangan. Bahkan, menghitung berapa pengeluaran keuangan yang selalu dilakukan dibanding pendapatannya. Bisa jadi pasangan Anda miliki sifat impulsif berbelanja. Pastikan ia membayar hutang dan tagihan tepat waktu agar uang yang tersedia tidak habis dibelanjakan. Bantu dia mengerem kebiasaan belanja yang tidak perlu. Gunakan aplikasi finansial di ponsel untuk melakukan pengecekan ke mana saja uangnya habis dibelanjakan. Biasanya belanja hal sepele atau jajan yang tak berguna akan terlihat di sana, dan akan terlihat juga bahwa ketika semua ditotal ternyata angkanya cukup signifikan untuk membuatnya berpikir untuk berhenti melakukannya dan berubah.

Tidak punya tabungan alias kosong


Poin ini sudah membuktikan jika pasangan Anda memang bermasalah dengan pengaturan keuangannya. Idealnya, apapun alasannya setiap orang wajib menyisihkan 10% dari penghasilan yang dimilikinya untuk kegiatan menabung atau investasi. Alokasi ini pun tidak bisa diganggu gugat, terkecuali ada kondisi yang benar-benar darurat membutuhkan pengeluaran keuangan. Dengan kondisi itu pun, pemakluman bisa dilakukan, asalkan ada kejujuran. Bantu pasangan untuk menjadikan kegiatan mengecek saldo sebagai hal yang rutin dilakukan. Bila ternyata  masih saja ada selalu merasa kehabisan uang, mungkin saatnya melakukan intervensi dengan membantu dia mencari tahu pengeluaran apa saja yang tidak diperlukan dan harus dihentikan, atau mungkin saatnya dia mencari penghasilan tambahan atau pekerjaan dengan gaji lebih besar.

Selalu bertengkar soal uang


Biasanya, pertengkaran ini terjadi karena kurang terbukanya pengelolaan keuangan serta tidak adanya rencana mengatur kebutuhan keuangan secara bersama. Masalah akan bertambah besar saat salah satu pasangan diketahui membeli sebuah barang kebutuhan yang cukup mahal tanpa berdiskusi terlebih dahulu. Salah satu pihak tidak dapat menempatkan antara kebutuhan dan keinginan, hingga berujung ke kebiasaan pemborosan. Cara mengatasi masalah ini adalah mengajaknya bicara pelan-pelan dan santai bahwa masalah keuangan sebaiknya dipecahkan berdua. Atau berbagi tugas dalam mengatur urusan tagihan, sebaiknya pengeluaran rutin sudah memiliki pos tersendiri sehingga pertengkaran bisa dihindari. Untuk pengeluaran yang sifatnya rekreasional, perlu dibuat bujet tersendiri yang harus disanggupi dan dihormati bersama. Tapi pada intinya keterbukaan cara mengelola uang adalah landasannya agar semua tips di atas bisa dijalankan.

Menganggap kartu kredit sebagai penghasilan tambahan 


Poin ini juga berawal dari kebiasaan boros. Saat menggunakan kartu kredit, bahkan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak bisa dibeli, pasangan Anda tidak pernah berpikir apakah nantinya bisa membayar tagihan yang datang. Atau, karena uang tunai di dompet habis, kartu kredit selalu menjadi penggantinya. Seakan, limit kartu kredit adalah sesuatu hal manis yang harus dinikmati sampai habis. Nah, bila pasangan memiliki tanda-tanda punya gejala seperti ini, sebaiknya ajak dia berbicara dan langkah pertama yang diambil adalah mau tidak mau mengetahui berapa utang kartu kreditnya. Nah, satu lagi bila ternyata kartu kreditnya lebih dari dua. Saatnya, untuk lebih tega dengan menyuruhnya menutup lainnya. Tapi sebelumnya, dilunasi dulu ya.

Sering mengeluh saldo tidak cukup


Boleh saja sebenarnya jika keluhan ini disebabkan karena pasangan Anda memang sedang ingin berhemat dan hanya menyisakan sedikit uang di kartu atm-nya. Tapi bukan berarti  keluhan ini harus selalu diungkapkan setiap bulan, bahkan tanggal di kalender masih menunjukkan angka 15. Bila ini terjadi terus menerus ya berarti Anda harus tahu alasan mendasarnya. Jangan menundanya. Apakah karena penghasilannya, apa dia sedang mencicil sesuatu yang besar, apakah dia sedang terlilit hutang atau dia punya masalah dengan belanja impulsif. Saldo tak cukup bisa merembet ke masalah 'besar' lainnya yang membuat keharmonisan pernikahan jadi retak. Sebab, di dalam pernikahan akan selalu ada pengeluaran yang terus menerus meningkat. Dimulai dari biaya kelahiran anak, biaya sekolah anak, biaya masuk sekolah, biaya les, dan seterusnya , tak ada habisnya. Nah, dengan membuat keseimbangan saldo menjadi selalu positif, dan mempertahankan stabilitas keuangan setiap bulannya, apapun biaya tambahan di kemudian hari pasti bisa lebih taktis dalam mencari jalan keluarnya.


Share on Google Plus

About Kispen

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments :

Post a Comment